Seorang gadis bernama Chevonea Kendall-Bryan, 13 tahun, ditemukan meninggal setelah lompat dari kediamannya pada ketinggian 18 meter di London. Kejadian ini terjadi bulan Maret setahun yang lalu, tetapi kasus masih terus bergulir. Teman-teman Chevonea mengatakan bahwa sebelum meninggal, gadis itu mengalami kekerasan (bullying) di sekolahnya. Hal lain juga terungkap bahwa Chevonea mengalami kekerasan seksual dan pemerkosaan oleh seorang anak laki-laki di sebuah pesta, dilansir Dailymail.
Mengalami Kekerasan Seksual dan Bullying
Ibu Chevonea (c) dailymail.co.uk
Ibu Chevonea, nyonya Amanda Kendall mengatakan pada pengadilan Utara Westminster Coroners bahwa putrinya mengalami kekerasan di sekolah. Menurut sang ibu, Chevonea mengalami kekerasan seperti ditampar atau didorong oleh murid-murid yang lain. "Chevonea adalah anak yang ceria, selalu tertawa dan bercanda. Dia adalah gadis yang baik," ujar sang ibu. "Dia mulai diganggu dengan panggilan tertentu dan berlanjut pada kekerasan fisik, misalnya sengaja menjegal kakinya, didorong atau ditampar," lanjutnya.
Kekerasan yang dialami Chevonea dianggap tidak mendapat penanganan serius dari pihak sekolah. Bahkan kekerasan itu semakin parah sebulan sebelum Chevonea meninggal. Ibu Chevonea juga mengatakan bahwa putrinya dipaksa melakukan hubungan seksual di sebuah pesta oleh seorang pemuda. Keesokan harinya, Chevonea diejek oleh pemuda tersebut, kemudian diancam dan dipaksa melakukan hubungan seksual lagi pada pemuda yang lain.
Mengakhiri Hidup dan Tidak Mengadukan Pada Polisi
Gedung TKP (c) dailymail.co.uk
Chevonea tampaknya sudah tidak tahan dan memilih untuk mengakhiri hidupnya. Dia melompat dari sebuah jendela dari ketinggian 18 meter. Saat ditemukan, dia tidak bergerak dan mengalami luka parah di bagian kepalanya. Chevonea akhirnya meninggal di rumah sakit King College.
Duka mendalam atas kepergian Chevonea dirasakan pihak keluarga. Kasus kekerasan atau bullying dan tindak kekerasan seksual yang berakhir bunuh diri tidak hanya terjadi pada kasus ini. Sebelumnya, gadis remaja bernama Amanda Todd mengakhiri hidupnya setelah mengalami kekerasan seksual dalam dunia maya dan bullying di sekolahnya.
Korban pelecehan seksual dan bullying biasanya enggan melaporkan hal ini pada polisi. Hal yang sama terjadi pada Chevonea, "Dia takut disebut pengadu atau 'ular' jika melaporkannya kasus yang dia alami pada polisi," ujar sang ibu.
Semoga korban tindak kekerasan seksual, pemerkosaan dan bullying mendapat terbaik di sisi-Nya. Semoga kasus yang sama tidak terjadi lagi di manapun.
Sumber: vemale.com